Bahwa
sesungguhnya apa yan menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan
hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun
kenikmatan-kenikmatan lainnya. Bedasarkan hasil riset dan observasi
mereka mengambil kesimpulan bahwa keinginan akan kebutuhan tersebut
merupakan kebutuhan kodrati. Manusia ingin mengabdikan dirinya kepada
tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan
yang tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan
atau masyarakat dari yang paling primitif
hingga yang paling modern. Apakah yang menjadi sumber jiwa keagamaan
itu ? untuk memberikan jawaban itu, timbul beberapa teori, diantaranya :
1. Teori monistik (mono = satu)
Yang menjadi sumber jiwa agama ialah manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berpikirnya.
b. Fredrick hegel
Agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi.
c. Fredrick schleimacher
Yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense of
depend) dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia
merasakan dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu
tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya.
d. Rudolf otto
Sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang berasal dari the wholly other (yang sama sekali lain)
e. Sigmund freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah libido seksuel
f. William mac dogall
Ia berpendapat sumbr kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa insting . pada manusia terdapat 14 macam insting.
2. Teori fakulti (faculty theory)
Teori
ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada
suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri dari beberapa unsur :
a. Cipta atau reason
Merupakan
fungsi intelektual jiwa manusi. Perasaan intelek ini dalam agama
merupakan suatu kenyataan yang dapat dilihat terlebih-lebih dalam agama
modern, peranan, dan fungsi reason ini sangat menentukan.
b. Rasa atau emotion
Fungsi reason hanya pantas berperan dalam pemikiran mengenai supranatural saja. Bahwa pengalaman beragama seseorang dipengaruhi oleh emosi.
c. Karsa atau will
Merupakan
fungsi eksekutif dalam jiwa manusia. Will berfungsi mendorong timbulnya
pelaksanaan dokrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi kejiwaan.
3. Beberapa pemuka teori fakulti
a. G. M. Straton
b. Zakiah darajat
c. W.H. Thomas
B. Timbulnya Jiwa Keagamaan pada Anak
Manusia
dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis, walaupun demikian
ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten.
Sesuai
dengan prinsip pertumbuhannya, seorang anak menjadi dewasa memerlukan
bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya yaitu :
1. Prinsip biologis
Secara
fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah dalam segala gerak
tindak tanduknya, ia selalu memerlukan bantuan dari orang dewasa
disekelilingnya, dengan kata lain ia belum bisa berdiri sendiri.
2. Prinsip tanpa daya
Anak
yang baru dilahirkan hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan
bantuan dari orang tuanya. Ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurusi
dirinya sendiri.
3. Prinsip eksplorasi
Kesempurnaan
perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir, baik jasmani
maupun rohani memerlukan perkembangan melalui pemeliharaan dan latihan.
Timbulnya agama pada anak
Bebrapa teori mengenai pertumbuhan pada anak antara lain :
1. Rasa ketergantungan / sense of depend
Teori
ini dikemukakan oleh Thomas, bahwa manusia dilahirkan kedunia memiliki 4
keinginan. Yaitu : keinginan untuk perlindungan atau security,
keinginan akan pengalaman baru / experience, keinginan untuk mendapatkan
tanggapan / responce, keinginan untuk dikenal / recognation
2. Insting keagamaan
3. Menurut
Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa insting.
Diantaranya insting keagamaan. Belu terlihat tindak keagamaan pada anak
karena fungsi kejiwaan yang menopang belum sempurna.
C. Perkembangan Agama pada Anak
Menurut penelitian Ernest Harms, perkembangan agama pada anak-anak melalui beberapa fase atau tingkatan. Ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui 3 tingkatan yaitu :
1. The fairy tale stage (tingkat dongeng)
Tingkat
ini dimulai pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Pada tingkatan ini konsep
mengenai tuhan konsep mengenai tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh
fatasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep
ketuhanan sesuai dengan tingkat intelektualnya. Yang diliputi oleh
dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.
2. The realistic stage (tingkat kenyataan)
Tingkat
ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga keusia (masa usia)
adolesense. Pada masa ini, ide ketuhanan anak sudah mencerminkan
konsep-konsep yang berdasarkan pada kenyataan atau realitas. Pada masa
ini ide keagamaan anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka
dapat melahirkan konsep tuhan yang formalis. Pada masa ini anak
tertarik dan senang pada lembaga keagamaan yan nereka lihat dikelola
oleh orang dewasa.
3. The individual stage (tingkat individu)
Paada
tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi
sejalan dengan perkembangan dengan usia mereka. Konsep keagamaan yang
idealistis ini terbagi atas 3 golongan yaitu :
a. Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif yang dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi
b. Konsep ketuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal atau perorangan
c. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik
D. Sifat-Sifat Agama pada Anak
Sifat agama pada anak-anak tumbuh megikuti pola ideas
konsep on outbrority. Ide keagamaan pada anak hampir sepenuhnya
autoritarius maksudnya, konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi
oleh faktor dari luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti
apa yang diajarkan oleh orang dewasa dan orang tua mereka tentang
sesuatu yang berhubungan dengan agama. Ketaatan pada ajaran agama
merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari
para orang tua maupun guru mereka. Berdasarkan hal itu maka bentuk dan
sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas:
1. Unreflective (tidak mendalam)
Dalam
penelitian Machion tentang sejumlah konsep ketuhanan pada diri anak 73%
mereka menganggap tuhan itu bersifat seperti manusia. Dengan demikian
anggapan mereka terhadap ajaran agama dapat saja mereka terima tanpa
kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam mereka telah
merasa puas denga keterangan yang masuk akal.
2. Egosentris
Anak
memiliki akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya.
Dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Apabila
kesadaran akan diri itu mulai subur maka kana tumbuh keraguan akan ego
dalam dirinya itu. Semakin tumbuh semakin meningkat pula egoisnya.
3. Anthromorphis
Pada
umumnya konsep ketuhanan pada nak berasal dari pengalamannya dikala ia
berhubungan dengan orang lain. Melalui konsep yang terbentuk dalam
pikiran, mereka menganggap bahwa perikeadaan tuhan sama dengan manusia.
Pekerjaan tuhan mencari dan menghukum orang yang berbuat jahat disaat
orang itu berada ditempat yang gelap. Syurga terletak dilangit untuk
tempat orang yang baik. Tuhan dapat melihat segala perbuatannya. Tuhan
memiliki wajah seperti manusia. Telinganya lebar dan besar. Tuhan tidak
makan tapi hanya minum embun.
4. Perbalis dan ritualis
Kehidupan
agama pada anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan).
Mereka menghapal secara verbal kalimat keagamaan, selain itu pula dari
amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan
yang diajarkan kepada mereka.
5. Imitatif
Bahwa
tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh
dari meniru. Berdoa dan salat misalnya, mereka laksanakan berdasarkan
hasil melihat perbuatan dilingkungan, dalam segala hal anak merupakan
peniru yang ulung. Sifat peniru ini merupakan modal yang positif.
Menurut penelitian Gillesfi dan young bahwa anak yang tidak dapat pendidikan agama dalam keluarga tidak akan dapat diharapkan menjadi pemilik keagamaan yang kekal.
6. Rasa heran
Rasa
heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada
anak. Maka rasa kagum pada anak ini belum bersifat kritis dan kreatif.
Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriyah saja. Rasa kagum mereka
dapat disalurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub.
E. Perkembangan Kejiwaan Beragama pada Remaja
Sejalan
dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada para remaja
turut dipengaruhi oleh perkembagan itu. Maksudnya : penghayatan para
remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada
remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
perkembangan anak pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan
rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain :
a. Pertumbuhan pikiran dan mental
Ide
dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanak
sudah tidak begitu menarik. Sifat kritis terhadap agama mulai timbul
selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan,
sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya. Agama yanag
ajarannya bersifat lebih konservatif lebih banyak berpengaruh pada bagi
para remaja untuk taat pada ajaran agamanya. Sebaliknya agama yang
ajarannya kurang konservatif dogmatis dan agak liberal akan mudah
merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja, sehingga mereka
banyak meninggalkan ajaran agamanya. Hal ini menunjukan bahwa
perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi sikap keagamaan
mereka.
b. Perkembangan perasaan
Berbagai
perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan
estesis mendorong remaja untuk menghayati pri kehidupan yang terbiasa
dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya
lebih dekat kearah hidup yang religius. Sebaliknya remaja yang kurang
pendidikan dan ceramah agama akan lebih mudah didominasi oleh dorongan
seksual.
c. Ketimbangan Sosial
Perkembangan
sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
dikatakan sebagai proses penyesuaian diri. Remaja harus menyesuaikan
diri dengan lawan jenis, dan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan
sekolah. Remaja seringkali menarik diri dari masyarakat, acuh tak acuh
terhadap aktivitas agama, bahkan kadang menentang adat kebiasaan
nilai-nilai yang dianut orang dewasa.
F. Sikap dan Minat Remaja Terhadap Agama
Sikap
dan minat remaja terhaadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangatlah
kecil. Hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan
agama yang mempengaruhinya. Sikap remaja terhadap agama dapatlah kita
bagi sebagi berikut :
a. Percatya turut-turutan
b. Percaya dengan kesadaran
c. Semangat agama positif
d. Semangat agama khurafat
G. Konflik dan Keraguan
Hasil analisis W. Starbuck menemukan timbulnya keraguan adalah faktor :
1. Kepribadian
2. Kesalahan organisasi keagamaan dan pemuka agama
3. Pernyataan kebutuhan manusia
4. Kebiasaan
5. Pendidikan
6. Percampuran antara agama dan mistik
Konflik ada beberapa macam diantaranya:
1. Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu
2. Konflik yang terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama
3. Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekularisme
4. Konflik yang terjadi antara melepas kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar